Sering kita mendengar kalimat diatas, bahkan mungkin ada diantara kawan-kawan yang menjadikannya sebagai motto hidup. Masalahnya… setinggi apakah langit itu.? Tidak ada yang tahu, bahkan hampir mustahil diketahui.
Ketika cita-cita kita ada dilangit, ternyata semakin tinggi kita maka semakin tinggi pula cita-cita itu. Karena DIA senantiasa tinggikan langit tanpa tiang, hampir pasti tak bisa didekati. Jangankan mendekati langit… bagaimana mendekatinya pun kita tidak tahu.Mau naik gunung, kita tahu pasti bahwa gunung tidak akan setinggi langit. Naik tangga, setinggi apa kita akan menyambungnya tanpa takut tangga itu sendiri patah. Naik roket… yah mungkin ini satu-satunya kemungkinan, meskipun dengan banyak mimpi.Seandainya pun kita tahu bagaimana kesana. Dia akan memaksa kita menatap terlalu tinggi, hingga mungkin lupa dengan apa dibawah kita. Lalu ketika kita akhirnya menyadari bahwa jarak kita dengan langit tidak berubah, apa yang akan terjadi.? Lupa dengan ketinggian yang telah dicapai dan harus disyukuri, marah karena DIA senantiasa tinggikan langit, atau menyerah dan cukup bermimpi saja untuk memetik bintang.?Itulah kenapa saya senang ketika saudara saya mengatakan “gantungkan cita-citamu setinggi gunung.”
Gunung itu tinggi, tapi bisa diraih. Kita tau bagaimana menggapainya, meski kita juga tahu bagaimana sulitnya. Kadangkala kita terhenti karena jurang yang dalam, kadang kita juga terjatuh karena kerikil yang kecil. Ketika kita mendakinya, kita akan menemui berbagai rintangan, kelelahan, kelaparan dan kehausan. Lalu kita punya pilihan, apakah akan melanjutkan pendakian, atau balik kanan turun.Ketika kita gagal meraihnya, kita tetap bersyukur karena pernah lebih dekat dengannya . Ketika telah mampu meraihnya pun, kita harus tetap ingat bahwa masih ada kawah dan jurang yang dalam disana. Kadang kita berhenti karena takjub melihat pemandangan yang sangat indah, tapi kita harus tau bahwa puncaklah yang kita tuju. Sering kita bingung dan tersesat, sehingga harus ke tempat yang lebih tinggi untuk menemukan jalan keluar. Tidak seperti langit yang selalu tampak, ketika kita mendaki gunung untuk meraih puncaknya, kadang puncak itu tertutup oleh tebing yang tinggi. Tapi kita tahu bahwa puncak ada dibalik tebing itu.
Kenapa harus memimpikan sesuatu kalau hanya akan terus menjadi mimpi. Cukup gantungkan citamu setinggi puncak gunung kawan. Agar kau tahu bagaimana harus meraihnya. Tak perlu kau terlalu mendongak keatas, agar tak lupa dengan yang ada dibawah sana. Cukup lihatlah puncak gunung itu, dan ingatlah akan lembah yang ada dibawahnya. Tak perlu kita khawatir dengan tangga yang mungkin patah ketika berusaha meraih langit, karena kaki kita sendiri yang akan mengantarkan kita ke puncak gunung itu.
GANTUNGKAN CITAMU SETINGGI PUNCAK GUNUNG.Karena gunung memberimu banyak pelajaran…
No comments:
Post a Comment