Saturday, November 8, 2014

Perjuangan dan Kekosongan

Doa dalam Sunyi


Entah arah mana yang kau tuju entah apa yang kau impikan entah mengapa hal itu selalu muncul, misteri tentang kehidupan tampak nyata dan tidak fana, sebagaimana khalayak yang memikirkan hal yang tak normal menjadi normal dan hal yang normal menjadi biasa biasa saja. Tentang pencarian jawaban dalam perjalanan hidup mencari jati diri dan tujuan hidup itu sendiri yang di goda oleh kepentingan duniawi, entah tak tahu dimana kaki dan hati ini melangkah tanpa ada bimbingan dan motivasi lagi sampai dimana dititik suatu hal yang entahlah itu dinamakan aku lelah aku tenggelam aku hilang ........



angin datang darimana merayapi lembah gunung

ada luka dalam duka di lempar ke dalam kawah 

memanjat tebing tebing sunyi memasuki pintu misteri 

menggores batu - batu dengan kata sederhana dengan doa munajat

merenung seperti gunung mengurai hidup dari langit 

jejak - jejak yang tertinggal menyimpan rahasia hidup 

selamat jalan jiwa ku pergilah bersama nasib mu 

pertemuan dan perpisahan dimana awal akhirnya dimana bedanya



Thursday, November 6, 2014

Coban Manten dan Coban Tengah

SURGA KECIL YANG TERSEMBUNYI DI ANTARA LEMBAH DAN JURANG

        Ketika itu masih dalam bulan sya’ban dan masih berbau orang saling bermaaf maafan, dan pada waktu yang sama regristasi masuk perkuliahan pun sudah di buka dan dimulai. Banyak lulusan sma yang mencari tempat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi terutama sebagai mahasiswa baru. Saya termasuk mahasiswa baru di salah satu universitas negeri yang berada di kota malang ini yang saya banggakan. Berkecimpung di dunia perkuliahan pun tidak seperti apa yang anda bayangkan dan lihat di ftv ftv, anda angan mengalami adaptasi yang sangat cepat dan harus mampu untuk berbaur dalam kehidupan perkuliahan, dengan latar belakang yang berbeda beda dari setiap mahasiswa baru membawa saya untuk beradaptasi lebih lama dari apa yang saya bayangkan. Berawal dari kegiatan ospek jurusan lah aku mengetahui sebuah tempat indah yang menurutku juga bisa di bilang sebuah surge kecil yang tersembunyi di balik lembah lembah dan ladang, dimana ospek fakultasku di laksanakan di coban rondo.
          Pada malam itu saya menuju tempat cangkruk yang biasa saya gunakan untuk melepas penat dan sharing hal apapun. Seorang temanku juga bisa di bilang sahabat ternyata datang padahal waktu saya sms dia menjawab tidak bisa datang hmm aku cuma tertegun. Dkami pun mengobrol panjang lebar mengenai gunung dan perjalanan pendakian sharing cerita menarik ketika naik, lalu aku mengarahkan pembicaraan ke tempat yang aku ceritakan tadi kepada temanku, dia langsung terkejut setelah melihat  hasil gambar yang saya searching dari google, tak butuh waktu lama kita pun langsung merencanakan trip yang menurutku Cuma buat pelipur hati dan bersenang senang soalnya tidak ada waktu untuk mendaki karena masing masing kesibukan duniawi sendiri sendiri
          Hari yang di tunggu tunggu pun datang, pagi yang cerah itu saya mulai dengan packing dan tidak membawa perlengkapan yang lengkap seperti mendaki hehe, saya pun langsung berangkat menuju rumah teman saya yang berada di daerah blimbing setelah mencari cari alamat rumahnya yang sedikit rumit akhirnya ketemu juga hihi, disana saya masih di suruh ngopi dulu sebelum berangkat maklum lah jarang banget momen seperti itu saya lakukan bersama dengan dia. Jam set 9 pun kita sudah meluncur ke arah coban rondo sebelum sampai area wisata coban kami menyempatkan mampir ke pasar untuk beli logistic yang di bawa kesana maklum saya sudah jarang memasak dan pingin masak masakan lagi hehe. Setelah kita memasuki area wisata saya pun bertanya kepada salah satu karyawan yang ada disana “pak tempatnya coban tengah sama coban manten itu dimana pak ?” beliau menjawab “oh gini mas sebelum bumi perkemahan anda belok kiri menuju ladang pohon karet yang jalanya berdebu medan nya yaa lumayanlah tetpi kalo di coban manten anda harus jalan kaki dan menyebrangi aliran sungai untuk mencapai dua coban tersebut ” saya berfikir dahulu dan membicarakan nya dengan enggal, niat dan tekat sudah bulat untuk menuju sana kita pun berangkat menuju surge kecil yang berada di lembah itu
          Matahari sudah mulai tegak, anginpun menari disela sela pohon karet yang bergerumbul sementara rumput rumput dan ilalang pun bergoyang dengan santainya seperti langkahku menuju coban tengah yang pertama saya kunjungi  sebagain destinasi. Medan nya pun di awal tidak cukup berat tebing tebing yang indah disisi kanan dan kiri selama perjalalan merupakan hiburan kecil vegetasi yang indah di sana cukup menarik ada segerombolah kera di tebing tebing  di atas sana , selang lama waktu berjalan aku kaget dan berhenti sejenak, asap asap berterbangan pohon pohon di lindas dan vegetasi pun terancam itulah keadaan dimana kita sudah mau mencapai coban tengah hal itu menurutku sangat disayangkan dan di benak saya masih saya pertanya tanyakan. Tak selang lama kaki ini melangkah rasa ironis tadi yang ada di benak saya seketika hilang lenyap dan tenggelam setelah meilhat keindahan coban tengah yang tak terlalu tinggi tapi sangat menakjubkan. Saya mulai mengexplore daerah tersebut disana terdapat sebuag gua yang tak terlalu dalam tapi buntu aku tidak tahu gua itu di peruntukan untuk apa, tidak lupa saya menyempatkan diri untuk berfoto foto ria wkwk.

COBAN TENGAH










 
Coban yang begitu sepi tanpa ada pengunjung lain sangat sangat jarang yang ada coban seperti ini, dan saya pertama kali mengunjungi coban tengah ini. Saya dan enggal mencari tempat yang natural untuk memasak buat makan siang sambil menikmati keindahan dan suasana rimba di coban tersebut, beberapa waktu kemudia ada 4 orang yang datang dan menemui saya, kami saling mengobrol dan sharing tentang coban tersebut dan wisata alam yang ada di daerah batu, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 1 saya pun bersiap menuju destini terakhir ita yakni coban manten. Awal berangkat kita melewati ladang ladang penduduk dan jalanya menanjak serta sempit hamper 30 menit perjalanan jalanya mencabang saya pun turun dan Tanya kepada petani yang ada disana dan saya juga bertanya akan medanya, info yang kami dapat kita menyebrangi sungai 7 kali dan medanya cukup nanjak melewati bukit dan turun sampai ujung lembah dan disanalah surge kecil tersebut hehe, kami pun langsung berangkat menuju destinasi terakhir kita. Suasana alam yang liar dan hutan yang rimba sudah menyambut kita pada awal perjalanan menyebrangi sungai membelah jalan yang sudah tertutupi ilalang dan menaiki tanjakan yang tidak cukup tinggi tapi melelahkan itulah tantanganya, dari kejauhan suara gemuruh air terjun pun sudah mulai terdengar saya dan enggal tidak bersabar melihat dan seperti apa bentuk keindahan yang di tampilkan nya, setelah taka lama kaki ini melangkah cobanya pun sudah terlihat sangat menakjubkan dan saya tidak bisa mengungkapkanya dengan kata kata, tak butuh waktu lama kami pun meng explore daerah tersebut yang masih sangat alami dan sangat liar sekali tak ada satupun sampah yang ada malah bangkai seekor ular yang sudah bau, memanjat tebing untuk berfoto foto karena tidak ada tempat atau angle yang bagus buat foto, kami pun turun kebawah untuk sekedar merasakan dinginya air coban dan membersih kotak makan dan badan yang terkena debu. Matahari pun sudah tersipu malu di ufuk barat sana tandanya kami sudah bersiap untuk kembali ke rumah halaman. Ini merupakan pengalam yang indah dan tak terlupakan, hal yang dalam di petik dari perjalanan ini adalah berangkatlah dengan niat kemauan dan rasa penasaran, mencobalah dan berusalah yang keras maka akan ada jalan yang terbuka dengan sendirinya .
 
Coban manten
















senja pun sudah mulai menampakan jati dirinya jiwaku masih tenggelama diantara lembah dan jurang tadi aku tenang aku damai dan aku nyaman disana, tak terasa panggilan suasana dan rutinitas seperti biasa pun sudah menanti di rumah sana, mungkin next trip kita akan lebih mencari tempat tepat surga kecil yang tak terjamah oleh manusia.